Resensi Buku : Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya.



Resensi Buku : Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya.
            Dalam membaca buku ini kita akan di perkenalkan dengan teologi Paulus dan seberapa besar pengaruh teologi tersebut pada gereja-gereja purba. Teologi Paulus dapat dilihat atau kita temukan didalam surat-surat yang ia kirimkan. Melalui surat-surat yang bersisi teologi Paulus itulah yang menjadi penentu kehidupan gereja purba masa itu. Selama hidupnya Paulus sering berpergian ke beberapa tempat, kemudian di tempat-tempat tersebut Paulus mendirikan gereja-gereja/jemaat baru yang menjadi tempat tujuan atau perhentiannya. Riwayat hidup Paulus dapat ditemukan dalam Gal 1,23. Kitab Galatia menceritakan mengenai kehidupan awal seorang Paulus, Paulus yang pada awal nya ialah seorang yang suka melakukan tindakan penganiayaan bahkan pembunuhan terhadap orang Kristen. Pembunuhan dan penganiayaan yang ia lakukan bertujuan untuk membinasakan orang Kristen, karena baginya membunuh orang Kristen adalah sesuatu yang menguntungkan. Namun seiring berjalannya waktu kemudian Paulus bertobat dan menjadi seorang Kristen, setelah menjadi Kristen, ia menjadi Kristen yang radikan dan menolak agama Yahudi. Namun dibalik kebencian nya terhadap agama Yahudi yang membuat ia menolak agama tersebut, ia juga tetap mencintai bangsanya dan bangga menjadi seorang Yahudi. Dibalik kecintaan nya terhadap bangsanya ia tetap mencintai injil Kristus. Paulus juga menyakini akan adanya penggenapan dengan datangnya Yesus yang akan menjadi wajah baru menggantikan taurat sebagai sumber keselamatan.
            Setelah pertobatan yang dilakukan oleh Paulus, ia menjadi rasul bagi kaum kafir/orang yang bukan yahudi karena pemberitaan yang dilakukan Paulus ditujukan kepada kaum non Yahudi. Sebagai seorang rasul, Paulus memiliki tanggung jawab untuk merwartakan Injil kepada setiap orang. Dalam perjalanan nya menjadi seorang Rasul, ia selalu didampingi oleh para rekan, pembantu, dan sahabatnya secara sili berganti. Barnabas, Silas, dan Apollos adalah rekan kerja Paulus dalam mengabarkan injil kepada orang non Yahudi. Sedangkan pembantu Paulus ialah: Timotius ( yang juga menemani paulus dalam penjara), Titus, Eratus, Tikhikus, Onesimus, Epafras, Epafroditus. Mereka semua yang menemani Paulus dalam menyebarkan injil dan ditambah oleh para sahabatnya, Akwila dan Priska, Aritarkus, Markus dan Trofimus yang setia membantu paulus baik dalam bidang spiritual Paulus maupun dalam bidang materil dalam menjalankan tugas panggilanya. Sehingga para rekan, sahabat, dan pembantunya serng disebut sebagai teman sekerja Paulus. Paulus ia tidak hanya memiliki orang-orang yang mendukung nya, tetapi ia juga memiliki orang yang tidak mendukung atau menjadi musuhnya. Yakobus adalah orang yang menjadi musuh dari Paulus, Yakobus menolak kolekte yang diberikan oleh jemaat Paulus ke Yerusalem karena pada saat itu Yakobus menjadi penguasa di Yerusalem. Oleh sebab itu jemaat di Yerusalem pun tergoncang akibat ajaran Paulus disebut sebagai ajaran bukan Yahudi.
            Selain mengabarkan injil, Paulus juga sering berkunjung ke Sinagoge untuk berdiskusi dengan orang-orang yang berada di sana. Sinagoge adalah tempat untuk belajar dan berdiskusi, orang dewasa berhak membaca dan menerangkan mengenai Kitab Suci terlebih Paulus yang telah menjadi ahli taurat dibawah bimbingan Gamaliel. Orang Yahudi sering memandang sebelah mata Paulus, Mereka beranggapan bahwa Paulus tidak memiliki tanda-tanda sebagai seorang Rasul. Tanda-tanda pada umumnya yang terlihat pada diri seorang Rasul, ialah pandai berbicara khususnya bahasa roh. Untuk membela dirinya, dalam II Korintus 2 dimana dapat dilihat Paulus melakukan perlawanan untuk membela dengan tegas kerasulan nya. Paulus mengatakan bahwa, karya kerasulan adalah rahmat dari Allah.  
Sebagai seorang Rasul yang memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan karya keselamatan, dalam mengabarkan berita karya keselamatan Paulus menulis dalam surat-surat. Surat-surat karya Paulus ditujukan kepada jemaat mula-mula seperti, Roma, Galatia, Filipi, Tesalonika, Korintus, Kolose, Timotius, Efesus. Surat-surat tersebut bertujuan untuk menanggapo pergumulan dari jemaat-jemaatnya pada masa itu. Gagasan teologi Paulus dalam suta-suratnya ialah mengenai Yesus, namun untuk memahami gagasan Paulus dalam surat-surat nya sangat sulit, pertama, gagasan Paulus sungguh mendalam dan berbelit-belit. Kedua, surat-surat Paulus bukan sebuah teologi melainkan sebuah pewartaan yang didalam nya terdapat keselamatan bukan uraian tentang keselamatan.
Banyak anggapan yang menyatakan bahwa surat-surat Paulus bukan suatu gagasan teologi. Namun dalam surat-surat tersebut tentunya terkandung unsur teologi, teologi yang dominan yang terdapat dalam surat-surat Paulus ialah teologi pastoral, namun keseluruhan teologi Paulus tentang kristologi. Sehingga dapat disimpulkan inti dari teologi Paulus ialah Kristologi. Kristologi Paulus ini berakar dalam tradisi-tradisi lisan yang telah ada sebelumnya, dan berdasar pada hubungan pribadi Paulus dengan Kristus, yang dimulai dalam penampakan pada perjalanan ke Damsyik dan selanjutnya di kembangkan terus dalam hidup Paulus sebagai “rasul Kristus Yesus”.
Pandangan teologi nya Paulus dilatarbelakangi oleh pemahaman para Hellenis Kristiani bukan Rabbinisme Yahudi. Pusat teologinya adalah wafat dan bangkitnya Kristus. Sehingga berdasarkan teologi Paulus tentang Kristologi wafat dan bangkitnya Kristus, menghasilkan sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah sebuah ciptaan dari iman Paulus, melainkan menjadi sebuah pengakuan iman terhadap Yesus, karena pewartaan Paulus tentang Kristus adalah ungkapan iman terhadap Yesus yang mati dan bangkit. Sehingga melalui pemahaman teologi Paulus tentang Kristologi memberikan prinsip solidaritas dimana Kristus menjadi orang yang memiliki nasib yang sama pada umumnya (khususnya ketika menghadapi kematian). Prinsip solidaritas” menggambarkan mengenai kesatuan Kristus dengan Allah yang di gambarkan Paulus, Kristus sebagai "anak Allah". Sehingga Paulus menyadari bahwa hal itu lah yang menyebabkan Yesus tampil menjadi seorang Nabi yang istimewa.
            Teologi Paulus juga membahas mengenai pembenaran, tema ini terdapat dalam kitab Roma dan Galatia. Dalam bahasa Yunani pembenaran adalah  "dikaioosis”, jika dalam kata kerja disebut, " dikaiouen”. Kata-kata tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia memiliki 7 arti yaitu, membetulkan; memperbaiki, mengatakan (menyatakan, menganggap) benar (tidak salah, sah, dsb), mengiakan; menyuguhkan; mengakui, menyetuji; menganggap (menerima) baik, mengijinkan; meluluskan.Memperbenar, mengatakan yang sesungghnya.
            Arti yang paling tepat ialah menyataka benar. Dalam hal ini Paulus memberikan dua pemahaman mengenai kebenaran yaitu: “kebenaran karena hukum taurat dan kebenaran karena iman". Menurut Paulus kedua kebenaran ini tidak dapat disejajarkan, karena kebenaran karena hukum taurat adalah kebenaran karena usaha manusia dan kebenaran karena iman adalah kebenaran karena Kristus. Paulus menggambarkan 3 proses karya penyelamatan yaitu: “perdamaian, pembenaran dan penebusan”. Perdamaian adalah karya keselamatan sejauh dilihat terutama dari sudut Allah bapa, Allah dengan perantaraan Kristus mendamaikan kita dengan diriNya dan mempercayakan pelayaan perdamaian itu kepada Paulus. Pembenaran, pada dasarnya, istilah pembenaran merupakan hal yang terkait dengan menyatakan benar ataupun salah. Namun bagi Allah menyatakan yang benar bukan melihat salah atau benar , melainkan dalam konteks kematian Yesus Kristus, Allah membenarkan manusia melalui kematian Yesus Kristus. Sehingga Allah dinyatakan sebagai tempat perdamaian. Penebusan keselamatan digambarkan sebagai karya penebusan, kematian Kristus disebut sebagai penebus kita, dan Kristus sebagai uang tebusan bagi kita. Sehingga bagi Paulus, hukum dosa telah dikalahkan oleh roh, dengan kedatangan Kristus melalui roh Allah yang berkarya dalam diri manusia. Munurut Paulus, roh adalah prinsip hidup yang baru. Roh tersebut ada karena kematian Yesus Kristus. Roh sebagai pengganti Kristus yang membawa hidup baru untuk memperjuangkan hidup seorang Kristen untuk terun melawan kekuasaan atau keinginan daging.
            Berbicara teologi Paulus mengenai suatu rahasia, Paulus juga memiliki pandangan lain mengenai dunia. pandangan Paulus mengenai dunia seolah-olah terdapat dualisme. Dualisme pandangan Paulus terhadap dunia terlihat, walaupun dunia telah memperoleh karya keselamatan namun pengaruh setan juga tetap ada. Begitu juga dengan keselamatan, walaupun keselamatan telah diterima melalui iman namun Paulus juga menekankan kepada pengharapan. Sehingga dalam Kristus terdapat kemulian dan pengharapan yang menjadi ciri khas Iman Kristiani. Sehingga keselamatan adalah real ketika kita berada "dalam Kristus" dan juga tetap dalam pengharapan.
            Dalam eskatologi Paulus terdapat kata yang khas adalah kata " parousia", kata ini khas karena serig digunakan Paulus dalam surat-surat yang ia tuliskan. Parousia jika di artikan kedalam bahasa Indonesia menjadi "hadir" atau biasa disebut "kedatangan". Makna kata parousi mendapat makna teologi yang bersumber dari eskatologi, dalam bahasa yunani kata tersebut digunakan untuk kunjungan seorang pejabat tinggi, yang kemudian oleh Paulus pejabat tinggi diganti menjadi kedatangan Allah atau Mesiasnya. rekonstruksi mengenai kedatangan Kristus yang di bangun oleh Paulus bukan lah kedatangan Kristus yang pertama melainkan kehadiran Kristus pada akhir zaman.
            Paulus menyakini adanya penundaan kedatangan Tuhan (Parousia). Penundaan/perubahan pandangan Paulus mengenai parousia terjadi antara 1 Kor dan 2 Kor.  Menurut M.Wener penundaan parousia akan berakiba fatal terhadap iman Kristiani. Namun Paulus memang mengakui bahwa Tuhan telah dekat (Flp 4,5), namun hal ini tidak menjadi inti pokok injilnya. Berdasarkan kepercayaan akan kebangkitan Kristus, Paulus merumuskan pengharapan Kristiani dengan istilah yang apokaliptis. Tetapi perumusan tersebut selalu disadari sebagai refleki teologis atas inti pokok injil.  Namun dasar pengharapan Paulus bukan kepada apokaliptis Yahudi melainkan pada iman akan karya keselamatan Allah dam wafat dan kebangkitan Kristus. Oleh sebab itu eskatologi Paulus tidak dapat disebut sebagai sebuah ramalan apokaliptis, karena eskatologi paulus bersumber dari pemahaman injil. Sehingga dapat dipahami secara sederhana bahwa eskatologis disimpulkan bersifat etis yang nyata. Sehingga seluruh pandangan teologi paulus merupakan kristologi, namun dalam pandangan Kristologi Paulus harus dibedakan dalam dua unsur yaitu: kesatuan dengan Kristus dan kebangkitan.
            Namun yang menjadi permasalahan mengenai eskatologis yang dituliskan dalam 1 Tes dan 2 Tes memiliki perbedaan. Dalam 1 Tes 5:1 bahwa hari kedatangan atau parousia itu datang secara "tiba-tiba" seperti maling, sedangkan dalam 2 Tes, hari kedatangan Tuhan Yesus atau parousia telah "dipersiapkan". Terdapat nya dua pandangan mengenai parousia dalam kitab 1Tes dan 2Tes kepada satu jemaat, yang akhirnya menimbulkan asumsi-asumsi yang menyatkan bahwa tidak mungkin Paulus yang menulis kedua surat dan kemungkinan 2Tes tidak ditujukan kepada jemaat di Tesalonikan melainkan di Berea atau Filipi.
            Surat Filipi merupakan salah satu surat yang dituliskan oleh Paulus, surat tesebut betemakan kesengsaraan. Paulus berpesan dalam suratnya kepada jemaatnya di Filipi agar dapat kuat dan menganggap penderitaan tersebut sebagai sebuah karunia. Pada saat menulis surat ini juga Paulus ada di dalam penderitaan dalam penjara, sehingga Paulus mengutus Timotius dan Epfroditus kepada jemaatnya di Filipi. Sehingga banyak pendapat mengenai tempat penulisaan surat tersebut, banyak yang megatakan bahwa surat tersebut ditulis oleh Paulus dari dalam penjara Efesus.
Dari seluruh surat-surat Paulus, yang menjadi inti pokok pandangan nya yaitu.
1. Mati berarti keuntungan (sebab: hidup = Kristus)
2. Hidup yang didunian = bekerja
Terdapat dua pandangan yang berbeda yang diberikan paulus mengenai Hidup,
3. Mati dan bersama-sama dengan Kristus: lebih baik
4. Tinggal di dunia lebih perlu
5. Maka: aku akan tinggal
"Mengapa bagi Paulus mati adalah keuntungan"? Paulus memberikan dua pilihan yaitu:
1. "bagiku hidup adalah Kristus"
2. Mati dan diam bersama-sama dengan Kristus jauh lebih baik
            Dalam surat-surat Paulus juga berpesan mengenai nilai-nilai moral, Latar belakang dari moral Paulus ialah eskatologinya. Pesan moral tersebut dapat dilihat dari orang yang hidup bersatu dengan Kristus, Hal ini merupakan salah satu contoh moral bagi Paulus, bukan berarti moral Paulus meniru Kristus, tetapi dimaksudkan disini ialah bahwa kita harus mengejar dan menangkap kehidupan dalam Kristus tersebut.  Sifat kristologi moral Paulus dapat ditemui dalam Kolose yang menjadi jawaban atas setiap pertanyaan jemaat pada waktu itu. Inti moral Paulus ialah hidup yang berintegrasi dalam hidup Kristus ( Kol 1:9-10). Hidup penuh dalam Kristus merupakan ciri orang Kristen, dimana harus hidup dengan penuh hikmat juga terhadap orang-orang luar (Kol:4:5). Teologi Paulus dalam surat Kolose memberikan perubahan dalam kristologi, ekklesiologi, faham kerasulan, eskatologi dan pengertian permandian.
            Kata gereja dalam bahasa Yunani ialah “ekklesia” “jemaat Allah”. Sesuai dengan tradisi Perjanjian Lama istilah jemaat Allah di Yerusalem dimaksudkan dengan bangsa Israel sebagai bangsa yang dipilih Allah. kemudian Paulus kembali menggunakan istilah tersebut dengan tidak berbicara mengenai jemaat di Yerusalem.  Ekkelesiologi Paulus lebih jelas dirumuskan dengan istilah “tubuh Kristus” dari pada kata dengan “umat Allah”. Paulus juga ( dalam Kol dan Ef) tidak pernah melihat bahwa Gereja dari sudut organisasi atau strukturnya. Gereja selalu didekati dari rencana dan sejarahnya. Kesatuan gereja didalam Kristus, kesatuan tersebut bukan diakibatkan karena hubungan antar jemaat melainkan bagaimana hubungan masing-masing individu dengan kristus. Sehingga secara sederhana Paulus memberikan makna tentang gereja, ketika orang-orang berkumpul dalam Kristus itu sudah dapat disebut sebagai gereja. Namun dalam surat Kolose pandangan mengenai gereja berbeda dengan Efesus, yang menimbulkan paham bahwa penulis Kolose dan Efesus tidak sama. Persamaan keduanya ialah sama-sama berbicara mengenai tugas Kristus dalam karya penciptaan dan karya perdamaian sedangkan perbedaannya Kolose bersifat kosmis dan Efesus bersifat eklesiologis.
            Peranan yang terpenting dalam eklesiologi Paulus ialah paham mengenai “tubuh Kristus”. Dalam Ef dan Kol sangat menekankan kata “sooma” yang berarti tubuh.  Adapun berbagai paham tubuh untuk Gereja memiliki lima ciri yaitu: Pertama, tubuh maksudnya juga Gereja yaitu Gereja yang universal yang secara konkrit maksudnya ialah umat yang menerima surat tersebut yaitu jemaat Kolose dan kemungkinan juga Efesus. Kedua, Dihubungkan juga dengan tema bait Allah atau bangunan, pertumbuhan yang disebut juga manusia baru dan dihubungkan juga dengan kesatuan antara suamti-isteri. Ketiga, Perkembangan tubuh menjadi ciri khas untuk Ef dan Kol. Keempat, Kristus sebagai kepala tubuh menjadi sesuatu yang paling khas. Hubungan dengan kepala-tubuh menunjukkan kesatuan Kristus dan Gereja dalam karya keselamatan. Kristus sebagai kepala maksudnya ialah Kristus diatas Gereja dan sebagai sumber hidup Gereja berkembang. Kelima, Kesatuan tubuh juga sangat ditekankan. Kesatuan yang dimaksud disini ialah kesatuan antara Yahudi dan kafir.
            Manifestasi Kristus di dunia sebagai kepala Gereja dihubungkan dengan seorang istri yang harus tunduk terhadap suami. Tunduk maksudnya ialah takut akan Kristus. Suami disebut kepala demikian Kristus adalah kepala jemaat. kata kepala dalam bahasa Yunani yaitu kefale merupakan suatu hubungan yang khas antar Kristus dan jemaat. Demikian halnya dikatakan sebagai kepala seperti Kristus sebagai kepala jemaat dan diperjelas juga dengan kata “penyelamat”. Demikian dikatakan juga “satu tubuh” merupakan suatu hubungan yang khas juga mengenai kesatuan Kristus dengan Gereja sebagai tubuh-Nya.  Pandangan mengenai perkawian merupakan bentuk eklesiologi Efesus mengenai "tubuh Kristus". Sehingga penggambaran Kristus sebagai suami dan gereja sebagai Istri itu kurang tepat, karena yang dilihat bukan pada peran dan fungsinya melainakan kepada kesatuan keduanya baik itu suami dan istri atau Kristus dan Gereja. Penggambaran yang tepat ialah Kristus dipahami sebagai kepala dan gereja sebagai tubuh, penggambaran ini memperlihatkan kesatuan antara Kristus dan gereja. Kesatuan yang berlandaskan pada cinta kasih. Sehingga cinta perkawinan - secara sakramental - mengambil bagian dalam cinta Kristus dalam gereja. Sehingga seluruh pendekatan teologis Ef, menjadi dasar dan titik pangkal dari refleki teologis tentang sakramentalitas perkawinan. ditekankan dalam Ef bahwa kesatuan antara suami dan istri hanya mempunyai arti dari dan oleh Kristus.
            Teologi Paulus juga terdapat dalam surat 1-2 Timotius dan Titus. Sebutan untuk ketiga surat tersebut ialah surat pastoral. Sebutan terebut disebabkan isi surat itu ialah nasehat-nasehat untuk Timotius dan Titus. Surat-surat pastoral ini dapat kita pahami bahwa, yang ingin ditonjolkan oleh surat-surat tersebut ialah Paulus yang tampil atas seluruh ajaran yang benar. Penampilan Paulus diperlihatkan sebagai seorang Rasul Kristus Yesus yang menjalan kan segala sesuatu berdasarkan perintah Allah. Kemudian mengenai latar belakang Paulus sebelumnya sebagai seorang yang jahat menjadi dasar kerasulan Paulus. Sampai diri Paulus digambarkan sebagai sosok teladan bagi Timotius.
            Terdapat pergesaran pada inti surat pastoral yang dituliskan Paulus, dimana pada surat-surat yang sebelumnya dituliskan oleh Paulus lebih menekankan kepada kedatangan Tuhan (Parousia). Namun Dalam surat pastoral Paulus lebih menekankan kepada "penampakan" (epiphania), dan kristus tidak hanya menampakkan dirinya pada akhir zaman, namun pada kehidupan di dunia merupakan penampakan yang pertama. Sehingga dalam surat Pastoral tidak lagi terlihat pengharapan eskatologis dimana yang terdapat dalam 1Tes, Namun perhatian surat pastoral pada "pengetahuan dan kebenaran" dan "kesalehan". Dapat disederhanakan bahwa surat pastoral lebih menekanan kan kepada bentuk kehidupan dan ajaran moral.


           

Refleksi:
            Pemahaman akan maksud dan tujuan dari surat-surat yang dikirim kan Pualus kepada Jemaat nya mengandung makna teologi tersendiri. Dalam surat Roma, Galatia, Filipi, Tesalonika, Korintus, Kolose, Timotius, Efesus, inti teologi dalam surat-surat Paulus ialah Kristologi. Numun tidak hanya berhenti sampai pada Kristologi, Paulus juga menyinggung mengenai Eskatologi, eklesiologi. Dalam setiap surat Paulus tidak dapat dikatakan seluruh surat tersebut memiliki inti teologi yang sama, namun setiap surat memiliki pergesaran inti dan pandangan nya. Kemudian menyinggung kelompok surat yang kedua, kelompok surat kedua melingkupi Titus dan Timotius. Kedua surat ini berbeda dengan surat sebelum nya karena surat ini ditujukan untuk individu edangkan surat yang sebelumnya ditujukan kepada keseluruhan. Pergesaran pandangan pada surat pastoral jauh lebih terlihat ketika kita bandingkan dengan surat-surat sebelum nya. Jika pada Surat-surat Roma, Galatia, Filipi, Tesalonika, Korintus, Kolose, Timotius, Efesus, lebih menekan kan kepada "parousia" kedatangan Tuhan yang kedua kali, namun pada surat pastoral lebih berfokus kepada "ephipania" penampakan bukan hanya penampakan pada akhir zaman, melainkan pada awal kehidupan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsiran Matius 11:20-30

Tugas Resensi Buku : Pedoman Penafsiran Alkitab